Model sistem ekonomi yang dilaksanakan oleh negara Taiwan, Singapura, dan Indonesia
TAIWAN
Pada awal mulanyaa system perekonomian Taiwan adalah peralihan dari Ekonomi Pertanian
menuju Ekonomi Modern. Kemudian bergeser dari Sistem Ekonomi pusat
yang direncanakan Negara (Central planning economy). Kapitalisme untuk
kapitalistik dinamis ekonomi ke Model Pasar Batal. Dan sekarang,
menggunakan Sistem Pasar, dimana system perekonomian mengarah pada
kapitalisme pasar yang lebih dominan dan Kapitalisme Demokrasi
diminimalisir dalam pelaksanaannya.
SINGAPURA
Ekonomi Pasar yang Kapitalistik, berlandaskan Perencanaan Ekonomi
Indikatif, Peran penting Pemerintah dalam Pembangunan berdasarkan
kerangka kerja perekonomian Terbuka (Perdagangan dan Modal LN)
INDONESIA
Era Orla (1945-1965)
Indonesia menggunakan Sistem Negara - directed pembangunan. Dimana
pelaksanaan system ekonomi menggunakan rezim orde lama dengan sosialisme
birokratis, dan mengartikulasikan gerakan nonblok. Pada masa ini
tingkat inflasi 600% per tahun (1965), salah satu ekonomi termiskin di
dunia dengan pendapatan per kepala rata-rata = $ 70 (Krisis Ekonomi 1).
Era Orba (1966 - 1998)
Menggunakan Sistem ekonomi Demokrasi Ekonomi, namaun realitanya masih
"Tarik-ulur" antara Kadar kapitalisme tinggi Dan Kadar Sosialisme
tinggi. Sistem ekonomi diarahkan pada pembangunan pada tahun 1966 - 1998
oleh rezim Orba dengan system Kapitalisme birokrasi, dan sistem
kapitalisme krooni. Mengedepankan masuknya modal asing atau investasi
dan utang luar negeri atau bantuan luar negeri. Dalam praktiknya peran
ekonomi pasarekonomi pasar lebih dominan. Secara singkat, system ekonomi
pada masa Orba bisa disimpulkan kalau masih condong ke kapitalisme.
Era Transisi (1998 - 1999)
Era transisi menggunakan Sistem ekonomi Pancasila yang berlandaskan
GBHN 1998. Namun pada era transisi ini system ekonomi Indonesia juga
masih mengarah Ke Kadar Kapitalisme tinggi atau lebih condong pada
system kapitalisme pada pelaksanaannya.
Era Reformasi (1999 - sekarang)
Indonesia menganut system ekonomi berbasis pasar di mana peran harga dan swasta memainkan peran penting.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Pembangunan (Pertumbuhan) Ekonomi di Taiwan, Singapura, dan Indonesia adalah sebagai berikut;
Faktor Penentu Keberhasilan Taiwan
Pelaksanaan program LANDREFORM, yang mencakup:
- Tenaga kerjaterampil, kerja keras, dan produktivitas yang tinggi.
- Sistem kredit yang diarahkan (directed credit).
- Pertumbuhan ekonomi, dan tujuan ekuitas.
- Ekspor ekonomi berorientasi pada perdagangan luar negeri.
- Hubungan antara swasta dan Pemerintah berjalan baik.
- Tingkat investasi domestik bruto tinggi (% dari GNP): 13,30% (1955),
20,20% (1960) 22,70% (1965), 25,6% (1970), 30,5% (1975), 33,8% (1980),
18,7% (1985), 21,9% (1990), 22,3% (1991 - 1994).
Faktor Penentu Keberhasilan Singapura
Sistem Control pemerintah
Melaksanakan pembangunan berencana dirumuskan oleh Departemen
Keuangan dan Perdagangan dan Industri, dan Dewan Pengembangan Economic
(1961).
System Control pemerintah terhadap Industri
Pemerintah secara aktif berpartisipasi dan memiliki saham di perusahaan swasta diaktifkan oleh Departemen Keuangan Didirikan
Modal Asing
Perusahaan-perusahaan asing mendominasi manufaktur, memproduksi 70%
output, yang mempekerjakan 50% dari tenaga kerja, membuat 80% dari
investasi modal baru, dan akuntansi 90% dari ekspor (1980).
Faktor Penentu Keberhasilan Indonesia
Salah satu factor pendukung keberhasilan pembangunan di Indonesia
adalah adanya tahap perencanaan pembangunan yang tersusun sebagai
berikut:
- Rencana Jangka Pendek (Rencana Tahunan) Þ APBN.
- Rencana Jangka Menengah dan PJP I (1969 – 1993) :
REPELITA I (1969 - 1973): meningkatkan output dari makanan pokok
(terutama beras) dan pengembangan infrastruktur untuk pertumbuhan
REPELITA II (1974 – 1978): terus push di agricultural dan untuk mencapai pertumbuhan yang lebih besar di luar Jawa
REPELITA III (1979 – 1983): pembangunan industri
Repelita IV (1984 - 1988): penumpukan dasar industri, baja, plastik, dan petrokimia
Repelita V (1989 - 1993): meningkatkan transportasi dan komunikasi
- Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) :
Repelita VI – X (1994/1995 – 2023/2024) :
Rencana Tahap Tinggal Landas, dititik beratkan di Bidang ekonomi
sebagai penggerak pembangunan, dan peningkatan mutu SDM, yang terpadu
dengan bidang lainnya (1997- 2003 : Krisis Ekonomi) Þ Pelita VIII – X
ditiadakan.
- Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 1999 – 2004
Prioritas bidang Ekonomi, dan langka-langkah Pemulihan Perekonomian
dalam jangka Pendek (Krisis Ekonomi II), dan pemantapan landasan
Perekonomian dalam Jangka Menengah.
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 :
RPJM 1 (2005 – 2009): Menata Ulang NKRI, Pembangunan yang aman,
damai, adil, demokratis, dengan tingkat Kesejahteraan lebih baik.
RPJM 2 (2010 – 2014): Pemantapan NKRI, peningkatan mutu SDM, IPTEK, dan Daya saing perekonomian.
RPJM 3 (2015 – 2019): Pemantapan pembangunan menyeluruh,
berkeunggulan Kompetitif, dan Perekonomian berbasis SDA, mutu SDM,
dan IPTEK.
RPJM 4 (2020 – 2024): Mandiri, maju, adil dan makmur, Pembangunan di
segala bidang, Struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan Keunggulan
Kompetitif.
Sumber :
Wikipedia
Blog Dwi Riyana Handayani